Jumat, 11 Oktober 2013

praktikum dasperlintan melihat bentuk nematoda




I. PENDAHULUAN

           
Nematoda berasal dari kata nema: benang dan oidos : bentuk. Pada classis nematoda, kutikulanya polos atau bercicin-cincin, kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku, tidak bersilia. Kutikula adalah modifikasi epidermis ke arah superficial. Di bawah epidermis terdapat lapisan otot yang hanya terdiri atas serabut-serabut longitudinal saja.
Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secernenta (Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia).  Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria. Semua nematoda parasitik tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida. Kalasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. adalah Phylum nematoda, klas secernenta, ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005).
            Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya khususnya tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Seledri (Aphium graveolens L.) yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarna bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).


Berdasarkan cara hidupnya nematoda parasit dibedakan dalam tiga kelompok ialah :
1). nematoda eksoparasit yaitu nematoda parasit yang hidup diluar jaringan tanaman. Misalnya Criconemoides, Criconema, Helicotylenchus, Rotylenchus, Hoplolaimus, Tylenchorynchus, Trichodorus, dan lain – lain. 2).Nematoda endoparasit yaitu nematoda parasit yang hidup didalam jaringan tanaman. Misalnya Radopholus, Ditylenchus, dan lain – lain.  3).Nematoda endoektoparasit yaitu nematoda parasit yang pada waktu masih larva bersifar endoparasit, tetapi setelah dewasa (terutama yang betina) sebagian tubuhnya bagian posterior keluat dari jaringan tanaman, yang menempel pada jaringan tanaman (akar) hanya bagian anteriornya saja. Misalnya genus Heterodera.
Nematoda adalah mikroorganisme yang berbentuk cacing, bentuk tubuh bilateral simetris, dan speciesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat kecil yaitu antara 300 – 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15 – 35 mikron. Karena ukurannya yang sangat kecil ini menyebabkan nematode ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi hanya bisa dilihat dengan mikroskop. , Anatomi nematoda dapat dilihat dengan jelas. Tubuh nematoda tidak beruas, tidak berwarna dan ditutupi oleh dinding tubuh yang berfungsi untuk melindungi dari tekanan. Dinding tubuh tersebut terdiri atas kutikula bagian luar, lapisan antara, hipodermis dan bagian dalam berupa otot-otot yang membujur. Kutikula merupakan struktur yang aktif terdiri dari protein dan enzim. Selama siklus hidupnya nematoda mengalami empat kali pergantian kutikula. Dibawah kutikula terdapat epidermis.

          Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya (Anafzhu, 2009).

          Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan (Sinaga, 2006).
Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Trisnawati, 2009).
Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Subagia, 2008).

1.2. Tujuan
            a .agar mahasiswa mengenal dan mengetahui gejala serangan nematode.
b, agar mahasiswa mampu mengekstraksi nematoda dari contoh tanah dan akar, untuk kemudian mengidentifikasi.





II. TEMPAT DAN WAKTU

2.1. Tempat dan Waktu
    Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dengan Materi “Melihat Bentuk Nematoda” Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya, dilaksanakan pada hari Sabtu 20 april 2013 pukul 15:00-17:00 WIB.
2.2. Alat dan Bahan
            Alat yang di gunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman  dengan Materi “Melihat Bentuk Nematoda” adalah mikroskop, lup,pipet tetes, erlenmayer, kapas, alat gambar dan alat tulis. sedangkan untuk bahan yang di gunakan adalah akar tanaman terong yang terkena nematodedan tanah yang terserang. 

2.3. Cara kerja
            2.3.1 Ekstraksi nematoda dari contoh tanah
a. membersihkan tanah yang akan diekstraksi dari kotoran potongan akar.
b. mengambil contoh tanah sebanyak 15 gram dan di letakan di dalam cawan B yang telah di beri alas kain kasa dan lapisan kapas.
c. menuangkan air ke statillata sehingga membasahi tanah dalam cawan B.
d. menyimpan ekstraktor cawan pada tempat yang gelap 2 x 24 jam.
 e. mengangkat cawan B dengan hati-hati dan amatilah suspense nematode dalam cawan B dengan microskop.
2.3.2 Ekstraksi nematoda dari contoh tanaman
a. mengambil seluruhakar atau bagian akar tanaman contoh yang akan di ekstraksi nematodanya.
b. membersihkan, setelah itu akar tersebut di letakan di atas kertas tissue dan selanjutnya di timbaang 10 gram.
 c. memotong bagian tadi dengn panjang  1 cm, d. masukan akar ke dalam cawan ekstraksi yang telah berisi air distillate sampai terendam.
 e. sesudah 2 x 24 jam , mengamati suspense nematode dalam cawan B dengan mikroskop.
2.3.3 Kegiatan
a. mengamati dan menggambar bentuk nematode yang di lihat pada mikroskop.
b. menghitung populasinya per ml suspensi yang di amati dengan ulangan sebanyak 5 kali
c. mendiskusikan dalam kelompok, adakah gejala-gejala lain yang tampak pada tanaman        terserang. Jika ada tulis.





III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan nematoda
Akar tanaman
ciri-ciri tanaman yang terserang
gambar mikroskopis
jantan
betina
Solanum melongena
-tanaman mengeras, dan mengeriput
-terdapat bintil akar yang lunak, ketika di pencet berair
-daun mongering dan rontok
-tanaman menjadi mati
920146_522631657793962_1805609021_o.jpg
920069_522631684460626_87867840_o.jpg




3.2.Pembahasan
920146_522631657793962_1805609021_o.jpg
920069_522631684460626_87867840_o.jpg
Gambar nematoda jantan  (dok. Pribadi)
(Meloidogyne spp)
Gambar nematoda betina (dok. Pribadi)
(Meloidogyne spp)

Ada pun kalasifiakasi nematoda Meloidogyne spp sebagai berikut
Filum                : Nemathelminthes
Kelas                  : Nematoda
Sub Kelas          : Secernenteae
Ordo                  : Thylenchina
Famili     : Heteroderidae
Genus                            : Meloidogyne
Spesies               : Meloidogyne spp
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina. Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi. (Subagia, 2008)
Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva. (Subagia, 2008)
Daur hidup Meloidogyne spp terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya.
Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan. Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda. Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Subagia, 2008).




















IV.PENUTUP
4.1 kesimpulan
            Dalam praktikum dengan materi  melihat bentuk nematoda” dapat di simpulakan  bahwa nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak  di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.gejala umum penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.











DAFTAR PUSTAKA
Anafzhu,2009.Nematoda.http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html.        Diakses pada tanggal 26 April 2013.
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Trisnawati, 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar