Jumat, 11 Oktober 2013

praktikum dasperlintan mengenal gejala penyakit tumbuhan




I.       PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
Adapun Penyebab munculnya penyakit pada tanaman, bisa terjadi karena di suatu tempat ada tanaman, patogen, serta lingkungan. Hal tersebut dinamakan segitiga penyakit karena tiga faktor yaitu: tanaman, patogen, lingkungan tersebutlah yang menyebabkan timbulnya penyakit. Jika salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan terjadi. Agar muncul penyakit  pada tanaman maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat berupa tanaman harus peka, penyebab penyakit harus ganas, dan lingkungan mendukung. Segitiga penyakit ini hanya berlaku pada kondisi alami, penyakit muncul tanpa campur tangan manusia dan biasanya dalam keseimbangan. Adanya keikusertaan manusia dalam pembudidayaan tanaman dapat menyebabkan konsep segitiga penyakit tesebut berubah menjadi konsep segiempat penyakit. Faktor manusia dapat mempengaruhi tiga faktor sebelumnya, karena manusia dapat menciptakan kondisi dimana penyebab penyakit dapat berkembang dengan baik. Hal tersebut dapat dilakukan secara tidak sadar oleh manusia karena melakukan berbagai aktivitasnya. Selain itu manusia juga dapat mempengaruhi tanaman  sehingga tanaman menjadi lebih mudah terkena penyakit misalnya saat pembudidayaan bibit tanaman yang ditangani, secara disengaja ataupun tidak kita menyebabkan luka pada bibit maka akan besar kemungkinannya tanaman yang akan dihasilkan terkena penyakit. Seiring dengan waktu penyakit pun dapat muncul kapan saja, misalnya saja penyakit dapat muncul pada saat tanaman masih dalam pembibitan, remaja, dewasa ataupun berbunga. Dalam hal ini faktor waktu juga menentukan munculnya penyakit pada tanaman, sehingga konsep penyakit pun berubah menjadi piramida penyakit dimana piramida tersebut tersusun oleh empat bidang segitiga yang menyatu pada ujungnya. Pada bidang segitiga yang pertama adalah tanaman, segitiga yang kedua adalah  patogen, ketiga adalah lingkungan, dan  yang keempat adalah manusia. Kemudian pada Garis tinggi yang ditarik dari ujung piramid ke bawah ke pusat segiempat yang terbentuk merupakan komponen waktu. Banyak sekali penyakit yang dapat mengenai tanaman. Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air serta tanah. Selain itu penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh bakteri yang tersebar melalui perantara seperti serangga. ( Puntorini, 2011 )
              Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya.
secara umum gejala dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:

A.Gejal
aNekrotik
           Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti:
1. Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya becak-becak atau bintik-bintik hitam. 2.Hidrosis Disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan. 3. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau.4. Layu, ini adalah gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang menyebabkan tidak seimbangknya penguapan dengan pengangkutan air. 5. Gosong Gejala gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis. Gejala gosong biasanya terjadi karena penyebab abiotik. 6. Mati ujung Mati ujung biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari ujungnya baru meluas kepangkal. 7. Busuk Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Sebenarnya gejala busuk sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya perkataan busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang, akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering. Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan yang kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang berbau. 8. Rebah semai Jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah. 9. Kanker Gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar. 10. Perdarahan atau eksudasi Gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang keluar bagian tanaman..
B. Gejala Hipolastik 
           Gejala Hipoblastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel , gejala ini terbagi menjadi berikut:
1. Kerdil atau tumbuh terhambat Terhambatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya. 2. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau. 3. Etiolasi Gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit.4. Pemusaran  (resetting)
C. Gejala Hiperplastik 
         Gejala hiperplastik ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:
1. Menggulung atau mengeriting Gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting (curling) disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. 2. Rontok Peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Rontoknya. bagian tanaman disebabkan terjadinya lapisan pemisah yang terdiri atas sel-sel yang membulat seperti tepung dan lepas-lepas. 3. Perubahan warna Yang dimaksud disini adalah perubahan warna yang bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena membentuk antosianin. (Euisnovitasari, 2011 )
        Patogen tumbuhan adalah organisme yang dapat menyebabkan tumbuhan "sakit dan menderita". Sakit dan menderita diartikan sebagai adanya perubahan fisiologis dan struktural dari suatu tumbuhan. Pemberian penyakit pada tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat tiga hal, yaitu : Nama patogen, Penyakit layu bakteri (Penyakit yang menyebabkan tumbuhan layu dan disebabkan oleh sejens bakteri). Nama gejala, Penyakit Busuk kaki hitam (Penyakt yang menyebabkan tumbuhan membusuk pada bagian di antara batang dan akar/kaki). Nama bagian tumbuhan yang terkena gejala, Penyakit bercak daun (penyakit yang menimbulkan gejala berupa bercak-bercak pada daun). Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan : Penyakit Abiotik, dan Penyakit Biotik.
Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, dan Hujan es dan angin. Penyakit biotik adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan Mikoplasma. ( Planthospita, 2012 )




1.2.      Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman. b. Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang di amati khususnya yang di sebabkan cendawan,bakteri dan virus.










II.       BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat
       Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi ”mengenal      gejala penyakit tumbuhan” dilaksanakan pada hari sebtu 23 maret 2013 pukul 15:00-17:00 WIB.    Bertempat di laboratorium jurusan budidaya pertanian, fakultas pertanian, universitas palangka raya.
2.2.Alat dan Bahan
        Alat yang di gunakan dalam praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman  dengan materi “mengenal gejala penyakit tumbuhan” adalah mikroskop, objek glass, cover glass pipet tetes dan silet sedangkan untuk bahan yang di gunakan adalah aquadest, kertas tissue.
2.3.Cara Kerja
a. Mengamati gejala penyakit kemudian , menyebutkan dan menulis cirri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala tersebut.
b.Mengamati secara mikorskopis penyebab penyakit dengan berdasarkan
    tanda yang tampak dan gambar serta sebut bagian-bagiannya.











III.    HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan gejala penyakit tanaman.
No
Nama/bagian tanaman yang di amati
Gejala yang
di amati
Tipe gejala
Nama penyakit
Penyebab penyakit

1
wortel
Busuk, berair
nekrosis
Busuk basah
Erwinia carotavora
DSCF0641.JPG
2
sawo
Pembengkakan pada batang
hiperplasia
puru
bakteri
DSCF0634.JPG
3
cabe
Busuk dan berair
nekrosis
Busuk basah
bakteri
DSCF0644.JPG
4
Jambu agung
Berbintil-bintil pada daun
hiperplasia
kudis
bakteri
DSCF0654.JPG
5
Cocor bebek
Berwarna pada daun batang pendek
hipoplasia
kerdil
virus
DSCF0649.JPG
6
Papaya
Daun kering, kerdil
Hipoplasia
       -
     -
DSCF0647.JPG
7
Daun jarak
Daun berwarna kuning, tapi tulang daun berwarna hijau
hipoplasia
klorosis
     -
DSCF0648.JPG

3.2.Pembahasan
3.2.1 Wortel
       
           
DSCF0641.JPG
Gambar 1 (dok.pribadi)



Gambar 2 (dok.google)

Gambar 3.2.1 busuk basah secara makrospik 1 dan mikrospik 2 pada wortel

 Gejala yang umum pada tanaman wortel adalah busuk lunak, berwarna coklat atau kehitaman, pada umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadipembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas yang mencolok hidung.
Pengendalian
1.  Sanitasi, menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman
2.  Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembabanyang terlalu tinggi, terutama di musim hujan
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindariterjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu menyerang
4. Pengendalian pasca panen dilakukan dengan.
-          Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorin
-          Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan.
-          Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yangcukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya.

3.2.2 Sawo
           
DSCF0634.JPG
Gambar 1 (dok.pribadi)

Gambar 3.2.2 penyakit puru pada batang sawo

Gejala penyakit puru pada tanaman sawo adalah terjadi pembesaran secara abnormal dalarn ukuran dari organ batang tanaman. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula muncul bintil-bintil kecil. Bintil membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Dibagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Penyakit puru ini terjadi karena pembesaran secara abnormal dari organ tanaman. Hal ini terjadi karena adanya perangsangan terhadap jaringan tanaman untuk tumbuh secara berlebihan.Pembesaran organ tanaman ini dapat terjadi karena hiperflasia atau hipertrofi atau karena keduanya yang terjadi sekaligus. Hiperflasia adalah pembesaran dalam ukuran secara abnormal karena pertambahan jumlah sel. Sedangkan Hipertrofi adalah perbesaran karena pertambahan ukuran sel.
            Pengendalian penyakit puru pada tanaman sawo dapat dikendalikan dengan cara memotong atau memangkas tanaman yang diserang atau terinfeksi.









3.2.3 Cabe

DSCF0644.JPG

Gambar 1 (dok.pribadi)



Gambar 2 (dok. Google)

Gambar 3.2.3 busuk basah secara makrospik 1 dan mikrospik 2 pada cabe

Jamur Colletotrichum capsici mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008).
      Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Prasetio, budi. 2012).
      Pengendalian penyakit busuk kering pada cabe dapat dikendalikan dengan cara : Melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit, Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 hari sebelum pindah tanam, Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang, Penggunaan fungisida secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi, Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar, Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat, Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan. (Hanudin, 2008)
3.2.4 Jambu agung        

DSCF0654.JPG
Gambar daun (dok.pribadi)

Gambar 3.2.4  Berbintil-bintil pada daun jambu agung

Gejala penyakit kudis pada daun tanaman Jambu Agung  adalah terjadinya pembesaran secara abnormal dalarn ukuran dari permukaan daun tanaman. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula muncul bintil-bintil. bentuknya tidak teratur, berwarna hijau kehitaman, bintil pada dibagian bawah daun pecah-pecah.
Penyakit kudis ini terjadi karena pembesaran secara abnormal dari organ tanaman. Hal ini terjadi karena adanya perangsangan terhadap jaringan tanaman untuk tumbuh secara berlebihan. Pembesaran organ tanaman ini dapat terjadi karena karena adanya kutu daun yang hidup didalam bintil-binti (kudis) tersebut.
Pengendalian penyakit kudis pada daun jambu agung dapat dikendalikan dengan cara membakar daun-daun tua yang telah gugur, serta memangkas daun yang telah terinfeksi.



3.2.5 Cocor bebek

DSCF0649.JPG
cocor bebek (dok.pribadi)

Gambar 3.2.5  cocor bebek yang kerdil  
Virus mempunyai wujud sub – mikroskopis yang hanya mampu hidup dan berkembang didalam organisme hidup lainya yang mengkibatkan penyakit. tanaman yang terserang virus biasanya menyebabkan berbagai macam gejala pada sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan. gejala ini biasanya penurunan laju pertubuhan dari tanaman itu sendiri yang megakibatkan pengerdilan dan tanaman menjadi berumur lebih pendek. gejala lain yang di akibatkan virus yaitu terdapat garis – garis hijau gelap putus – putus sepanjang tulang daun lateral dan akan terlihat jelas jika dilihat dari bawah permukaan daun. cara penyebaran virus melalui alat perkembang biakan vegetatif, melalui benih yang terinfeksi, melalui pollen, serangga, kutu, nematoda, dan jamur.







3.2.6 Pepaya

DSCF0647.JPG
Daun papaya (dok.pribadi)

Gambar 3.2.6  daun papaya yang keriting dan kerdil 
Hama kutu putih ini apabila menyerang daun, akan menunjukkan gejala kerdil sehingga dapat menghambat proses assimilasi yang juga memberi pengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman itu sendiri. Apabila menyerang pada bahagian batang akan menunjukkan gejala kehitam-hitaman pada bahagian terserang dan pada serangan berat akan mengakibatkan buah gugur dan batang membusuk serta dalam waktu tidak begitu lama batang akan mati. 

Pengendalian

Untuk mengatasinya harus dilakukan secara manual. Atau bisa dengan menyemprot buah dan daun tanaman itu dengan air deterjen.Pengendalian penyakit kutu putih ini harus dilakukan sejak awal, karena dalam satu minggu, satu ekor kutu putih bisa berkembang biak hingga menutupi seluruh permukaan daun. Kalau kutu putih sudah terlanjur banyak di buah dan daun pepaya akan sulit dilakukan pengendaliannya. Sebab itu pengendaliannya harus dilakukan sejak awal, yakni ketika kutu putih baru nampak satu atau dua ekor saja.

      Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida kontak. Tidak ada jalan lain bila hama ini mulai menyerang tanaman pada bahagian buah, karena serangan hama ini kalau dibiarkan dalam satu minggu saja tidak ada suatu tindakan pengendalian secara preventif akan menimbulkan kerusakan buah yang sangat berpengaruh  terhadap produksi. Langkah pengendalian yang lebih cepat yakni memilih insektisida yang tepat. Ada beberapa macam insektisida yang dapat memberi pengaruh langsung terhadap pengendalian kutu putih tersebut, seperti Cruracon, Bestox, Akothion dan lain-lain.



3.2.7 daun jarak
DSCF0648.JPG
Daun jarak (dok.pribadi)

Gambar 3.2.7  daun jarak yang berwarna kuning 
L a y u. Efek dari gejala layu ini daunnya kehilangan ketegarannya dan layu. Gejala ini diakibatkan oleh kerusakan bagian perakaran, penyumbatan saluran air atau oleh senyawa yang beracun yang dikeluarkan oleh patogen yang terbawa oleh aliran air kebagian atas tanaman.


IV.             PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti: Nekrosis, Hidrosis, Klorosis, Layu, Gosong, Mati ujung, Busuk, Rebah semai Jamur. Kanker, Perdarahan atau eksudasi. Gejala Hipoblastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel , gejala ini terbagi menjadi berikut: Kerdil atau tumbuh terhambat, Klorosis, Etiolasi. Gejala hiperplastik ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut: Menggulung atau mengeriting, Rontok, Perubahan warna.


DAFTAR PUSTAKA
Planthospita, 2012. penggolongan penyakit tumbuhan. (http:// planthospital. blogspot.com) Diakses pada tanggal 24 maret 2013 pada pukul 21.30 WIB
Puntorini, 2011. (http:// petunjukbudidaya. blogspot.com) Diakses pada tanggal 25 maret 2013 pada pukul 22.25 WIB
Prasetio, budi. 2012. penyakit utama pada tanaman cabai. (http:// www. potretpertanianku.com) Diakses pada tanggal 25 maret 2013 pada pukul 20.00 WIB
Irzayanti, 2008. penyakit tanaman. gejala dan tanda. (http://sule-gratis.blogspot.com) Diakses pada tanggal 25 maret 2013 pada pukul 21.09 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar